Ini Waktu Yang Tepat Untuk renovasi

Kapan saya perlu renovasi?

Pertanyaan diatas adalah pertanyaan dasar yang jarang orang tanyakan. Rata- rata langsung nembak saja”bagusnya rumah saya diapain yaa?

Kalau buat saya ini sama aja kayak anda datang kedokter, langsung nanya butuh obat apa. Padahal untuk menjawab itu, dokter harus tau dulu anda sakitnya kenapa. Saya kalau ada yang nanya seperti itu pasti akan nanya balik. pertanyaan dasarnya cuma dua:

  • Kenapa pengen renovasi?
  • Apakah dananya sudah ada?

Ada 4 teori yang bisa membantu untuk memutuskan apakah anda perlu renovasi atau enggak. berikut teorinya:

  1. Tujuannya penting, dananya ada : ketika anda masuk golongan ini, maka anda boleh melakukan renovasi. Anda tinggal pilih satu diantara 4 metode berikut:
    • Ngerjain renovasi sendiri
    • Manggil tukang
    • Manggil mandor
    • Manggil arsitek dan kontraktor
  2. Dana ada, tapi tujuannya tidak penting : meski anda punya dana, renovasi itu tetap beresiko. ada resiko anda ketipu, resiko berdrama dengan tetanggalah, dan lain-lain. Kalau udah tau tujuannya, maka pikirkan, apakah untuk mencapai tujuan tadi saya wajib banget harus renovasi? kalau ternyata engga butuh yaa ngga usah. jangan pernah renovasi hanya karena ingin terlihat cantik aja. Tujuan penting adalah yang didasari karena adanya masalah misal:
    • Anak sudah mulai besar dan mulai butuh kamar yang terpisah.
    • Rumah sekarang banyak yang rusak.
    • Banyak ruang di rumah yang gelap.
    • Macem-macem
  3. Tujuan penting, tapi tidak ada uang : jika anda masuk golongan ini, maka ada dua kemungkinannya. Kalau mendesak maka terpaksa anda harus mencari solusi selain renovasi. cari cara untuk mencapai tujuan yang sesuai kemampuan finansial anda. Jika tidak mendesak maka solusinya adalah jangan renovasi dulu. tungguin sampai dananya ada. Asumsikan aja dana yang dibutuhkan itu 4-5 jutaan permeter untuk renovasi total. Artinya kalau luas yang mau direnovasi 20meter persegi, ya anda minimal harus ada budget 80-100 juta. tentu ini bisa naik atau turun tergantung kasusnya. kalau anda bingung hubungi saya http://wa.me/6289677302811
  4. Udah miskin, banyak gaya : kalau kata saya orng digolongan ini mending gak usah mikirin renovasi. anda cuma pengen pamer, tapi anda sendiri juga sebenarnya tidak punya duit. daripada anda renovasi nanggung tanpa tujuan, lebih  baik dananya ditabung atau dipake untuk hal lain. renovasi dengan dana minim hanya akan bikin duit anda makin habis.

Semua hal yang saya sebutkan diatas, tidak hanya berlaku untuk renovasi.beli rumah jadi atau bangun rumah dari nol kriterianya juga sama. anda tetap butuh tujuan yang penting dan dana yang cukup. jangan asal membangun rumah tapi ga ngerti buat apa tujuannya. apalagi kalau aslinya gak ada uang. meskipun saya dapat uang dari orang yang mau renovasi atau bangun rumah, tapi bukan berarti saya pengen semua orang di dunia renovasi.

Konstruksi itu bukan urusan privat semata. ada pertanggungjawaban publik disana. uang yang keluar uang beneran, resiko yang di hadapi resiko beneran, dan kerusakan alam yang muncul gara-gara konstruksi juga beneran. jadi ketika anda memutuskan sesuatu pastikan anda punya tujuan, kalau anda tidak punya tujuan apayang anda kerjakan akan sia-sia.

Biaya Lain-lain Pasti Selalu Ada

 

Biaya Kuliah Mahal? Ini 7 Cara Mencari Dananya - Cermati.com

( cermati.com )

Kenapa biaya lain-lain itu selalu ada, gini misalnya pak adi punya tabungan 400 juta, 20 juta di pake buat desain, 380 sisanya di pakai untuk pembangunan, masuk akal bukan? tentu saja. tapi saat proyek berjalan tabungan pak adi habis duluan sebelum proyek selesai padahal di proyek tidak ada masalah. Kira-kira apa penyebabnya? mengapa hal itu terjadi?

Ketika kasusnya seperti ini, maka kemungkinan besar pak adi lupa dengan adanya biaya ketiga yaitu biaya lain-lain, biaya lain ada banyak misal yang paling sering muncul yaitu :

  • Biaya kontrak            : misal renovasi terus butuh kontrakan.
  • Biaya pindahan         : kita tau sendiri.
  • Biaya ngurus ijin       : ini tidak include di biaya kontstruksi loh.
  • PLN, Indihome, dsb : ini hitungannya juga diluar konstruksi.
  • Jatah pak RT             : biar tidak di persulit.
  • Bayar si bang jago    : menjaga keamanan dari dirinya sendiri                                           dan segala pungli lainnya.

Semua hal ini nyata dan benar terjadi dalam proyek, asal tau saja. Terus cara menghitungnya gimana? Percaya atau tidak  paling yang bisa dihitung hanya biaya kontrak, pindahan, sama pasang item konstruksi. Tapi jika ada urusan ijin dan pungli ini hanya tuhan yang tau. Pendekatan paling ideal, sebenarnya adalah dengan minta testimoni ke tetangga yang pernah bangun proyek dekat rumah kita, kita bisa tau apa dan siapa yang harus dibayar, minimal ada ancang-ancang dan persiapan

Tapi meskipun kita tau tatap saja sebaiknya proyek itu harus menyiapkan dana darurat, minimal 10-20 persen dari total budget. jadi kalau ada dana kurang, masih ada cadangan kalau sampai terjadi apa-apa. Ibarat asuransi dana darurat ini adalah pengamanan kita dari segala hal yang tidak diinginkan, tidak ada proyek yang beresiko. Baik perencanaan maupun pelaksana, keduanya hanya perlu ilmu untuk menghitung biaya yang terakait dengan teknis pembangunan saja, tapi kalau non-teknis semua pasti akan kembali ke pemilik.

Tinggi Plafonku Tinggi Akalku

Ga tau siapa yang mulai, tapi di dunia ini banyak banget yang mikir plafon itu harus tinggi supaya rumah jadi dingin. Sebenarnya gak salah sih, nah dasar logikanya kek gini

Udara panas selalu naik ke atas. Artinya kalau plafonnya rendah tumpukan udara panas jadi lebih gampang terasa. Namun menurut saya, solusi ini tuh lebih berat masalahnya daripada manfaatnya.

Gak peduli berapapun tingginya, kalau udaranya gak ngalir, tetap aja udara panas akan menumpuk, orang dibawah lama kelamaan pasti tetap kepanasan juga.

Justru kalau plafonnya rendah, udara lebih gampang diatur. karena jendelanya ga perlu gede. makin tinggi plafonnya maka kebutuhan openingnya pun juga makin bertambah. performanya sama tapi effortnya jauh beratan plafon tinggi.

AC pun bukan solusi, justru kalau palfonnya tinggi, kerja AC jadi lebih berat karena volume ruang yang harus di dinginkan jadi besar.

semakin kecil volumenya, semakin ringan pula kerja AC, selain hemat biaya listriknya, buat lingkungan juga bagus. Semakin tinggi plafon anda biaya konstruksinya pun akan jadi semakin mahal. Mulai dari struktur, gorden, finishing, bahkan profilan kesan itu volumenya bakal nambah semua.

Belum lagi perawatannya, kalau ada bagian plafon yang kenapa-napa, anda pasti jadi susah sendiri. Bahkan urusan ganti lampu aja mungkin jadi mesti harus manggil tukang karena plafonnya tinggi. Harusnya tuh, plafon itu mesti liat dulu luas ruangan. kalau ruangannya sempit bikin plafon yang rendah, tapi kalau ruangnya luas palfonnya tidak apa tinggi.

Meskipun harganya mahal, menurut saya rumah yang plafonnya tinggi itu belum tentu lebih bagus, ibaratnya beli baju yang XXL lebih mahal tapi kalau dipakai di badan yang kecil justru hasilnya kaya badut. selalu beli baju yang pas sesuasi badan.

Rumah Filosofi Kopi

Kalau keluarga diibaratkan sebagai kopi, maka rumah bisa diibaratkan sebagai cangkir.

Kalau kopinya enak mau gimanain juga tetap aja rasanya bakal enak. Entah nanti bakal di taro di cangkir mahal, di cangkir murah, bahkan pake gelas warung. pasti tetap enak. Tapi sebaliknya, kalau kopinya kecut, sangit, ampasnya jijik pula. ini mau diletakin di cangkir emas sekalipun tetap aja gak bakalan bisa diminum. cangkir gak bisa mengubah takdir dari kopi yang ga enak.

Cangkir itu cuma wadah dia gak bisa bikin kopi yang kecut jadi enak ataupun sebaliknya. justru, cangkir ini tugasnya adalah menyampaikan rasa kopi tadi dengan experience minum yang sebaik mungkin.

Bayangin aja ada kopi harganya seratus ribu, dijualnya di hotel, tapi pakenya cangkir badut. Udah alay, pas ditaro gak stabil. eh waktu diangkat ternyata gagangnya reyot dan goyang-goyang.  tentu experience macem ini gak ideal untuk minum kopi semahal ini.

Rumah juga sama ketika keluarganya akur dan dekta, maka kaya apapun gak akan mengubah keluarga ini. mereka akan tetap akrab, tetap sayang, tetap saling mencintai satu sama lain. Cuma bedanya kalau desain rumah kita ini biadab, kedekatan tadi jadi lebih sulit untk dinikmati. Mau ngumpul aja ngga ada tempatnya. Mau manggilin yang diatas gak kedengeran. Mau naik tangganya curam.  tentu ini bukan experience yang ideal untuk menikmati betapa dektnya keluarga.

  • Kopi dan keluarga adalah konten
  • Cangkir dan rumah adalah kontainer

Meski rasa ditentukan konten, tetap aja ga bisa kita nikmati kalau kontainer penadahnya amburadul.

Rumah Bernilai Ganda

Darimana kita menilai bagus atau jeleknya rumah?

Dalam filsafat moral, kita bisa menilai suatu hal dari dua sudut pandang :

  • Ada nilai instrumental
  • Ada nilai intrinsik

Misalnya Duit, 

Duit ini berharga karena bisa dipake jual beli. kalau duit gak laku, duit ini jadi gak ada nilainya lagi. Nah artinya Duit ini harganya berasal dari nilai instrumental. dia berharga karena berguna. kalau bisa dipakai, duit ini jadi gak bernilai. soalnya duit ini tidak mempunyai nilai intrinsik.

Tapi kebalikannya, keluarga bernilai bagi kita, bukan karena kita butuh manfaatnya. meskipun keluarga kita nyebelin, cuek, dan bikin pusing, tetep aja kita gak akan rela kalau mereka tiba tiba dibunuh orang. Itu artinya keluarga bisa kita anggap berharga bukan karena nilai instrumentalnya. kita menganggap mereka berharga secara intrinsik. nilai mereka tetap akan ada meskipun gak berguna.

Dalam banyak kasus, banyak hal yang punya dua sisi nilai, misalnya jersey bola. Secaram instrumental jersey ini bernilai untuk dipake. kalau pas dipake ternyata gerah dan gatel, nilainya pasti jadi turun. Tapi secara intrinsik jersey ronaldo bisa di jual lebih mahal daripada jersey pemain lain, murni karena ronaldo itu popular. bukan karena kualitas bajunya.

Nahh yang jadi pertanyaan, rumah kita apakah punya nilai intrinsik? atau cuma sekedar instrumental doang?

Kalau kita mendesain lalu hal yang kita pikir adalah:

  • Gimana biar atapnya gak bocor
  • Gimana biar udaranya adem
  • Gimana biar gak gelap
  • Gimana biar gampang di bersihin

Hal-hal semacam ini, semuanya cuma akan meningkatkan nilai rumah secara instrumental aja. rumah kita sekedar bernilai kalau ada gunanya. begitu gak berguna, nilainya langsung hilang. Padahal kalau kita mau rumah bisa punya nilai intrinsik yang tinggi dan berharga. kunci paling gampangnya adalah ikatan emosional dengan ruang.

Ketika ada ikatan, rumah ini tidka akan kita liat secara instrumental semata. bagi kita, rumah ini adalah:

  • Tempat kenangan keluarga
  • Saksi bisu perjuangan kita
  • Bagian dari hidup kita

Ikatan ini akan memunculkan nilai intrinsik. bahkan meski rumahnya bocor, pintunya rusak, nilai ini akan tetap tinggi di mata kita.

Tapi kebalikannya, kala rumah ini isinya cuma diam-diaman di kamar, gak ada kenangan, ngga ada interaksi, kaya gini mana bisa memunculkan ikatan. kalau kasusnya gini, meski rumah bagus, adem, terang, teap aja nilai intrinsiknya tidak ada. rumah ini cuma instrumen yang gak punya nilai bawaan.

Prinsip Ruang Keluarga

Kalau ditanya apa bagian terpenting dari rumah ??

maka akan saya jawab hakikat rumah itu adanya bukan di fisik, tapi di dalam keluarga. fisik rumah cuma wadah sementara bagian utamanya adalah penghuninya, interaksinya, akurnya, kasih sayangnya,

Inilah yang jadi penyebab

Mengapa ruang keluarga itu harus bekerja seperti magnet, dia harus punya fitur yang bisa menarik semua orang di rumah supaya berkumpul di ruang ini.

Untuk penerapannya,

Ruang keluarga itu gak boleh sampai terpisah secara total dari ruang lain yang ada di rumah. jangan sampai orang di lantai bawah kalau mau manggil orang di lantai atas jadi harus ngechat lewat whatsapp segala.

Harusnya yang bener tuh,

Ruang keluarga itu harus punya koneksi visual dengan ruang lain. entah pake void, split-level, lantai kaca, apapun itu. Jadi kalau ada orang di lantai atas, kita bisa saling liat dan tetap bisa saling berinteraksi. Gak cuma sekedar whatsapp aja.

Kasus di jaman dulu

Ruang keluarga bisa jadi magnet karena dulu ada TV. Dulu belum ada kebiasaan orang rebahan di kamar main hp sampai berjam-jam. Otomatis orang bakalan ngumpul terus.

Kasus di jaman sekarang,

Sofa dan TV belum tentu menarik penghuni rumah kesini. Ruang keluarga cuma bisa jadi pajangan doang. bapak, ibu, adek, kakak, semua seharian cuma di kamar.

Namun sayangnya, mayoritas masyarakat kita masih belum sadar tentang  hal-hal macam ini. Ruang keluarga kalau isinya bukan sofa, meja dan TV dianggap belum umum. Developer perumahan juga pasti mikir kalau bikin rumah yang aneh-aneh nanti bakal ada yang beli gak yaa, jangan jangan ntar gak laku.

Padahal kalau mau, aslinya tuh banyak cara untuk bikin ruang keluarga yang bisa narik penghuni supaya akrab. Kalau memang ada yang doyan nonton TV, kenapa pula perlu ada ruangan khusus buat nonton TV?

Mendingan ruang itu dipake buat tempatnya rebahan, main hp, main laptop,nonton netflix, makan dan sebagainya.

keluarga jadi ngumpul, rumah pun jadi hidup.

Mending Beli atau Bangun?

Beli atau bangun rumah bisa di analogikan seperti makan burger. kalau makan burger, pilihannya ada dua. bisa masak sendiri atau beli di restoran, KFC atau burger king.

Perbandingannya seperti ini:

  • Kalau beli sendiri  kita bisa berkreasi sesuka hati.mau dikasih sosis kek, telur atau apapun itu boleh aja.Kita gak perlu ikut terpaku dengan resep punya orang.
  • Tapi kalau beli jadi, kita mesti pasrah dengan menu yang ada. Request mungkin bisa tapi cuma kecil-kecil aja. ga pake saos,kejunya dibanyakin, dan sebagainya.

Nah untuk effortnya pasti jauh beda:

  • kalau makan di restoran kita tinggal duduk manis nungguin burgernya jadi. pokoknya pesan, bayar, makan, pulang.
  • kalau bikin sendiri mulai dai belanja, masak, bahkan cuci piring pun kita sendiri yang ngerjain. minimal ngordinir gitu.

tapi secara harga masak sendiri sudah pasti jauh lebih murah. sedangkan beli di restoran kita harus bayar restoran untuk biaya marketing, biaya pelayanan, biaya profit, dan sebagainya. Begitupun dengan rumah, bangun sendiri dan beli rumah jadi sebenarnya gak ada yang lebih bagus. semua tergantung kebutuhan.

Bedanya dengan burger: 

rumah itu harganya mahal, sehingga di beberapa kasus kita terpaksa nyari orang yang jual dengan opsi nyicil. sementara kalau bangun sendiri, untuk nyicil kita harus ngajuin kredit sendiri, kalau gamau ya gak bisa nyicil.

Tapi disisi lain burger kalau kita gak doyan, nyeselnya cuma sehari dua hari. Tapi kalau rumah, kalau sampai gagal yaa terpaksa kita harus terima sampe mungkin seumur hidup.

Kesimpulannya, kalau anda punya kebutuhan

  • harus punya rumah buru-buru
  • gamau effort dan report
  • sukanya terima jadi

maka beli rumah jadi lebih baik. tapi kalau di luar itu, jelas bangun sendiri akan jauh lebih bagus di segala sisi, mulai dari segi harga, fungsi, tampilan, dan segalanya. pilihannya ada di tangan anda.

pengen konsultasi tentang pembangunan rumah, renovasi atau interior hubungi kami di

wa: https://wa.me/6289677302811

Dua Tipe Taktik Untuk Nyicil Bangun

Bayangin ada 2 orang mereka berdua punya tanah, butuh rumah, tapi duitnya gak banyak. jadi mereka mau bangun rumah secara bertahap.

Karena mereka teman dekat akhirnya bu riri dan bu rara ngebangun pake mandor yang sama, biar gampang kita sebut aja namanya pak toni.

  • Di pembangunan tahap 1: Pembangunan berjalan sangat lancar. kualitas kerjaan si pak joni dirumah bu rara dan bu riri sama sama bagus.
  • Tapi di tahap 2: Akhirnya bu riri dan bu rara terpaksa pake jasa mandor lain, yaitu pak jono.

Dalam studi kasus:

  • Di kasus bu riri kerjaan pak joni yang jaman dulu sudah tuntas. rumahnya masih kecil tapi udah jadi. efeknya pak jono gak akan pusing untuk urusan rumah bu riri. tinggal fokus aja di bagian yang dia kerjain. Misal disuruh bikin kamar, yaa bikin kamar aja.
  • Di kasus bu rara rumahnya itu belum jadi.bisa dibilang pak jono nerusin kerjaan yang dulu belum kelar. di rumah bu rara pak jono jadi pusing. ada bagian yang dia kira sudah beres, eh ternyata belum. ada yang dikira gini, ehh ternyata jadi gitu.

Kondisi pun berbeda:

  • Di rumah bu riri, rumahnya sangat terawat karena rumahnya udah jadi, bu riri jadi tinggal di sini. Dia tiap hari buka jendela, nyapu, ngepel, dsb. Rumah bu riri gak terlantar dan dirawat terus.
  • Di rumah bu rara, rumahnya belum jadi. di rumah bu rara komponen yang sudah terbangun jadi terlantar. sering kehujanan, kepanasan, bahkan bisa aja ada maling yang nyolong.

Pada saat masalah terjadi:

  • Bu riri dengan gampang akan tau mana urusan siapa. Di rumah bu riri, kal dapur ada masalah berarti urusan pak jono. tapi kalauada problem di kamar, berarti itu urusan pak joni. EASY KAN?
  • Sementara bu rara, dia susah menentukan tanggungjawab. katanya pak joni kerjaan di sudah beres, tapi kata pak jono harusnya itu kerjaan pak joni. begitu aja terus. Proyek lanjutin kerjaan tuh pasti gini.

Inilah yang jadi alasan kenapa banyak arsitek ataupun kontraktor yang well-estabilished sering menolak proyak yang dicicil per kompenen. ini bukan tentang duit, kalau memang mau rumah nyicil beolh boleh aja. tapi cicilnya per area. kalau perkompenen, manajemen dan kontrolingnya penuh resiko

Ibarat masak kalau pas belanja ke pasar duit kita dikit, maka cara yang benar adalah bikin porsinya tuh yang dikit. bukan justru belanja porsi banyak tapi tidak lengkap, masakannya gak jadi,terus dilanjutin kapan-kapan.

Kontraktor Palembang-Bangun Rumah itu Kayak Masak

Meskipun anda doyan makan Pempek, bukan berarti anda bisa bikin pempek. karena makan dan masak itu berbeda.

Tau cara rebus air bukan berarti bisa bikin opor ayam. meskipun kuah opor harus direbus, bukan berarti opor itu modalnya cuma tau rebus air doang.

Desain rumah pun, kira kira juga sama. Hanya karena anda sering liat rumah bagus, atau tau teknis dikit-dikit, bukan berarti anda bisa desain.

Pernah nyoba merhatiin nggak?  jarang banget ada orang yang gak salah ketika pertama kali masak. pasti ada aja masalahnya, kurang garam lah, kemanisan, atau bahkan masakannya gosong dan gak bisa dimakan. Ujung-ujungnya terpaksa dibuang.

ketika kita gak bisa masak, kita bisa minta tolong sama mama, bibi, mbak, atau siapapun yang ada pengalaman masak. enggak jarang, pilihan paling praktis adalah beli diluar. Ketika beli makanan diluar, maka kita bayar itu ada 2 yaitu:

  1. Bahan makanannya, misal nasi, sayur, daging, atau telur.
  2. Jasa pembuatnya yaitu koki yang maskin semuanya.

Masakan yang enak belum tentu penyebabnya karena bahan aja, daging wagyu kalau yang masak abang-abang warung, belum tentu lebih enak dari daging lokal yang dimasak sama chef Arnold. Bahan yang murah kalo kokinya yang masak hebat, bisa aja rasanya jadi kayak makanan kelas premium.

Bangun rumah juga sama, ketika kita bikin rumah kita keluar duit untuk 2 hal yaitu

  1. Hard-Cost yaitu material fisik, misal bata, beton, genteng dan keramik.
  2. Soft-Cost yaitu otak yang mengatur, misal desainer, ahli struktur, dan kontraktor.

Banyak orang yang ragu spend duit di soft-cost, karena mengira hard-cost itu lebih menentukan kualitas.  padahal kalo yang masak bagus, rumah dengan budget kecil bisa punya kualitas yang setara rumah mahal.

 

Perbedaanya itu ibarat makanan yang gosong

Kalau masak misalnya gosong, modal yang angus nilainya hanya puluhan ribu. Bangun rumah kalau ‘gosong’ mau abisin duit berapa?

apakah anda mau duit ratusan juta terpakai cuma untuk pasrah mendapatkan rumah yang rasanya keasinan?

 

untuk konsultasi mengenai pembangunan, renovasi rumah, interior dan furniture hubungi kami di

wa : http://wa.me/6289677302811

Cara Ngitung Estimasi Biaya Bangunan

Kalau mau bangun rumah cara ngitungnya ada tiga level

  • Level 1 = Kasar

Pake rumus ajaib :

Namanya juga rumus ajaib, rumus ini dibuat untuk perhitungan kasaran doang. Jadi jangan pernah nanya:

– Kalau gak di cat jadinya berapa?

– kalau tingkat jadinya berapa?

– kalau fasad minimal berapa?

kenapa demikian? karena hal seperti ini gak bisa di jawab dilevel ini. kalau mau dijawab kita seharusnya pakai level berikutnya.

  • Level 2 = Detail

Ada berapa jalur pilihan:

Nah kalau dihitung di level ini estimasi kita tuh sifatnya cuma owner estimasi bukan harga deal atau final. Jadi jangan pernah nanya :

– Harganya bisa turun nggak?

– Dapat garansi atau nggak?

– Udah all in semua belum?

Fungsi estimasi itu perkiraan. bukan buat dinego atau ditawar. kalau mau nawar ada di level selanjutnya.

  • Level 3 = Pasti

Disini caranya sesimpel dateng ke kontraktor. minta penawaran.

Hal yang harus disiapkan:

– Brief dan data proyek

– Gambar dan rancangan

– List pekerjaan/RAB kosong

Kalau udah di level ini, berarti harga ini sifatnya udah final. Silahkan nawar di level ini, karena ini udah dealing price.

Boleh gak sih ?

Boleh dong, kan sebenarnya yang penting itu dealing price-nya. bisa gak kalau kita ngeskip level 1-2, langsung ke level 3 aja?

Jawabannya boleh banget.

Hal yang perlu diingat kontraktor itu ibarat apotek, kalau obatnya simpel, datang ke apotek cuma modal lisan aja tetep bisa dilayanin. tapi kalau beli obat custom, pasti mereka bakal nanya ke kita mana resep dokternya?.

Nah rumah juga sama, kalau cuma ngecat, ganti ubin, atau reparasi kecil-kecil, itu gak usah pake gambar pun pasti kontraktor dan tukang langsung bisa ngasih harga. Tapi kalau bangun rumah full, mereka pasti bakal nanya, gambarnya mana,lingkup kerjanya apa, datanya mana. kalau datanya gak cukup, harga rumahnya ya gak bisa dihitung.

Kalau mau konsultasi tentang pembangunan atau renovasi rumah bisa hubungi kami di:

Wa: https://wa.me/6289677302811
ig: https://www.instagram.com/interior_palembangbbpro/?hl=id