Proyek Tanpa Kontraktor Bukannya Melindungi Hubungan Malah Merusak Hubungan

Di dunia ini banyak banget orang yang kejebak sama rasa ga enakan sama teman atau sama saudara sendiri. Ujung-ujungnya kita gak buat kontrak. Lalu nanti kalau ada masalah kita jadi pusing sendiri. Cara penyelesaiannya gimana?

Padahal sebenarnya kontrak itu tujuannya adalah melindungi hubungan bukan justru merusak. Ada kesepakatan tertulis yang disepakati sejak awal untuk menyelesaikan perkara. Prinsip kontrak ada banyak, tapi kesalahan prinsip yang paling sering kami temukan ada 3 yaitu:

  • Cara bersepakat salah : Pertama dari cara bersepakat, banyak orang yang doyan pasrah. Di todongin draft langsung main tekan aja. Kadang gak dibaca pula. Harusnya tuh setiap ada draft, mintalah waktu untuk pelajarin dulu dna kasih feedback di tiap detailnya. Kalau perlu misal dikasih draft hari ini, tanda tangannya pun lain hari juga gapapa. Perjanjian syaratnya harus datang dari semua pihak yang sepakat.
  • Cara kerja : Banyak kontrak yang isinya cuma harga dan termin bayar. Padahal kalau kita mau bisa aja kita minta kejelasan tentang kontrak desain lebih baik bagi konsumen kalau pakai system approval draft, jadi orang yang desain harus bikin draft tiap minggu yang isinya udah mencakup denah, 3D, dsb. Lengkap, bukan satu satu. Nanti setiap, meeting pemilik akan memberikan feedback ke draft tadi untuk direvisi. Draft ini gak akan di detailin sebelum approval total. Ini jauh lebih baik daripada pake approval per produk. Misal minggu ini kita bahas denah sampe fix. Setelah fix. Lanjut ke eksterior. kemudian yang kedua tentang bangun, tips dari saya adalah perjelas mengenai lingkup kerja. Misalnya:
  1. Mapping/pengukuran ulang lahan
  2. Test kekuatan tanah (sondir)
  3. Assessment struktur eksisting
  4. Pembuatan sumur, gwt, dan jetpump
  5. Pagar, tong sampah, saluran got
  6. Pembersihan puing
  7. Instalasi PLN & panel listrik
  8. Test & commicioning jaringan
  9. Pengurusan ijin
  10. Asuransi proyek, dll

Sepuluh item ini sering banget miss antara kontrakor dan pemilik. Harusnya perjelas mana yang include mana yang enggak.

  • Terakhir cara penyelesaian, banyak banget orang bikin kontrak, tapi gak ada cara penyelesaian masalahnya.

Sekarang gini, siapa juga sih yang mau main pengadilan? Kenapa gak coba bikin system konsekuensi sendiri? Misal penalty, denda, penundaan bayar, perubahan cicilan, dsb. Asal semua sepakat, hal ini tentu bukan masalah. Jadi pengadilan Cuma jalan paling terakhir kalau segalanya udah ga mempan untuk dilakukan.

Pada akhirnya kontrak ini bukan ancaman, melainkan perjanjian. Kalau gak mau ngasih denda ke saudara, seenggaknya kasih metode penyelesaian lain. Bisa dengan minta ada diskon di next project, bahkan dihukum traktiran hanamasa sekeluarga juga boleh. Jangan sampai udah terlanjur kejadian, terus semua orang malah jadi gak enakan. Ancur proyek ancur bangunan.

Biaya Lain-lain Pasti Selalu Ada

 

Biaya Kuliah Mahal? Ini 7 Cara Mencari Dananya - Cermati.com

( cermati.com )

Kenapa biaya lain-lain itu selalu ada, gini misalnya pak adi punya tabungan 400 juta, 20 juta di pake buat desain, 380 sisanya di pakai untuk pembangunan, masuk akal bukan? tentu saja. tapi saat proyek berjalan tabungan pak adi habis duluan sebelum proyek selesai padahal di proyek tidak ada masalah. Kira-kira apa penyebabnya? mengapa hal itu terjadi?

Ketika kasusnya seperti ini, maka kemungkinan besar pak adi lupa dengan adanya biaya ketiga yaitu biaya lain-lain, biaya lain ada banyak misal yang paling sering muncul yaitu :

  • Biaya kontrak            : misal renovasi terus butuh kontrakan.
  • Biaya pindahan         : kita tau sendiri.
  • Biaya ngurus ijin       : ini tidak include di biaya kontstruksi loh.
  • PLN, Indihome, dsb : ini hitungannya juga diluar konstruksi.
  • Jatah pak RT             : biar tidak di persulit.
  • Bayar si bang jago    : menjaga keamanan dari dirinya sendiri                                           dan segala pungli lainnya.

Semua hal ini nyata dan benar terjadi dalam proyek, asal tau saja. Terus cara menghitungnya gimana? Percaya atau tidak  paling yang bisa dihitung hanya biaya kontrak, pindahan, sama pasang item konstruksi. Tapi jika ada urusan ijin dan pungli ini hanya tuhan yang tau. Pendekatan paling ideal, sebenarnya adalah dengan minta testimoni ke tetangga yang pernah bangun proyek dekat rumah kita, kita bisa tau apa dan siapa yang harus dibayar, minimal ada ancang-ancang dan persiapan

Tapi meskipun kita tau tatap saja sebaiknya proyek itu harus menyiapkan dana darurat, minimal 10-20 persen dari total budget. jadi kalau ada dana kurang, masih ada cadangan kalau sampai terjadi apa-apa. Ibarat asuransi dana darurat ini adalah pengamanan kita dari segala hal yang tidak diinginkan, tidak ada proyek yang beresiko. Baik perencanaan maupun pelaksana, keduanya hanya perlu ilmu untuk menghitung biaya yang terakait dengan teknis pembangunan saja, tapi kalau non-teknis semua pasti akan kembali ke pemilik.

Tinggi Plafonku Tinggi Akalku

Ga tau siapa yang mulai, tapi di dunia ini banyak banget yang mikir plafon itu harus tinggi supaya rumah jadi dingin. Sebenarnya gak salah sih, nah dasar logikanya kek gini

Udara panas selalu naik ke atas. Artinya kalau plafonnya rendah tumpukan udara panas jadi lebih gampang terasa. Namun menurut saya, solusi ini tuh lebih berat masalahnya daripada manfaatnya.

Gak peduli berapapun tingginya, kalau udaranya gak ngalir, tetap aja udara panas akan menumpuk, orang dibawah lama kelamaan pasti tetap kepanasan juga.

Justru kalau plafonnya rendah, udara lebih gampang diatur. karena jendelanya ga perlu gede. makin tinggi plafonnya maka kebutuhan openingnya pun juga makin bertambah. performanya sama tapi effortnya jauh beratan plafon tinggi.

AC pun bukan solusi, justru kalau palfonnya tinggi, kerja AC jadi lebih berat karena volume ruang yang harus di dinginkan jadi besar.

semakin kecil volumenya, semakin ringan pula kerja AC, selain hemat biaya listriknya, buat lingkungan juga bagus. Semakin tinggi plafon anda biaya konstruksinya pun akan jadi semakin mahal. Mulai dari struktur, gorden, finishing, bahkan profilan kesan itu volumenya bakal nambah semua.

Belum lagi perawatannya, kalau ada bagian plafon yang kenapa-napa, anda pasti jadi susah sendiri. Bahkan urusan ganti lampu aja mungkin jadi mesti harus manggil tukang karena plafonnya tinggi. Harusnya tuh, plafon itu mesti liat dulu luas ruangan. kalau ruangannya sempit bikin plafon yang rendah, tapi kalau ruangnya luas palfonnya tidak apa tinggi.

Meskipun harganya mahal, menurut saya rumah yang plafonnya tinggi itu belum tentu lebih bagus, ibaratnya beli baju yang XXL lebih mahal tapi kalau dipakai di badan yang kecil justru hasilnya kaya badut. selalu beli baju yang pas sesuasi badan.