Ini Waktu Yang Tepat Untuk renovasi

Kapan saya perlu renovasi?

Pertanyaan diatas adalah pertanyaan dasar yang jarang orang tanyakan. Rata- rata langsung nembak saja”bagusnya rumah saya diapain yaa?

Kalau buat saya ini sama aja kayak anda datang kedokter, langsung nanya butuh obat apa. Padahal untuk menjawab itu, dokter harus tau dulu anda sakitnya kenapa. Saya kalau ada yang nanya seperti itu pasti akan nanya balik. pertanyaan dasarnya cuma dua:

  • Kenapa pengen renovasi?
  • Apakah dananya sudah ada?

Ada 4 teori yang bisa membantu untuk memutuskan apakah anda perlu renovasi atau enggak. berikut teorinya:

  1. Tujuannya penting, dananya ada : ketika anda masuk golongan ini, maka anda boleh melakukan renovasi. Anda tinggal pilih satu diantara 4 metode berikut:
    • Ngerjain renovasi sendiri
    • Manggil tukang
    • Manggil mandor
    • Manggil arsitek dan kontraktor
  2. Dana ada, tapi tujuannya tidak penting : meski anda punya dana, renovasi itu tetap beresiko. ada resiko anda ketipu, resiko berdrama dengan tetanggalah, dan lain-lain. Kalau udah tau tujuannya, maka pikirkan, apakah untuk mencapai tujuan tadi saya wajib banget harus renovasi? kalau ternyata engga butuh yaa ngga usah. jangan pernah renovasi hanya karena ingin terlihat cantik aja. Tujuan penting adalah yang didasari karena adanya masalah misal:
    • Anak sudah mulai besar dan mulai butuh kamar yang terpisah.
    • Rumah sekarang banyak yang rusak.
    • Banyak ruang di rumah yang gelap.
    • Macem-macem
  3. Tujuan penting, tapi tidak ada uang : jika anda masuk golongan ini, maka ada dua kemungkinannya. Kalau mendesak maka terpaksa anda harus mencari solusi selain renovasi. cari cara untuk mencapai tujuan yang sesuai kemampuan finansial anda. Jika tidak mendesak maka solusinya adalah jangan renovasi dulu. tungguin sampai dananya ada. Asumsikan aja dana yang dibutuhkan itu 4-5 jutaan permeter untuk renovasi total. Artinya kalau luas yang mau direnovasi 20meter persegi, ya anda minimal harus ada budget 80-100 juta. tentu ini bisa naik atau turun tergantung kasusnya. kalau anda bingung hubungi saya http://wa.me/6289677302811
  4. Udah miskin, banyak gaya : kalau kata saya orng digolongan ini mending gak usah mikirin renovasi. anda cuma pengen pamer, tapi anda sendiri juga sebenarnya tidak punya duit. daripada anda renovasi nanggung tanpa tujuan, lebih  baik dananya ditabung atau dipake untuk hal lain. renovasi dengan dana minim hanya akan bikin duit anda makin habis.

Semua hal yang saya sebutkan diatas, tidak hanya berlaku untuk renovasi.beli rumah jadi atau bangun rumah dari nol kriterianya juga sama. anda tetap butuh tujuan yang penting dan dana yang cukup. jangan asal membangun rumah tapi ga ngerti buat apa tujuannya. apalagi kalau aslinya gak ada uang. meskipun saya dapat uang dari orang yang mau renovasi atau bangun rumah, tapi bukan berarti saya pengen semua orang di dunia renovasi.

Konstruksi itu bukan urusan privat semata. ada pertanggungjawaban publik disana. uang yang keluar uang beneran, resiko yang di hadapi resiko beneran, dan kerusakan alam yang muncul gara-gara konstruksi juga beneran. jadi ketika anda memutuskan sesuatu pastikan anda punya tujuan, kalau anda tidak punya tujuan apayang anda kerjakan akan sia-sia.

Rumah Milik Pribadi Tapi Punya Aturan Umum

Rumah itu tidak gratis, kita beli rumah pake uang pribadi, artinya hak milik rumah pun ya udah pasti bersifat pribadi juga. Namun meskipun sifatnya privat bukan berarti kita boleh pake properti privat milik kita untuk mengganggu kepentingan public. Rumah kita tetap harus tunduk kepada peraturan dan norma yang berlaku. Mulai dari yang tertulis kaya undang-undang. Sampai norma kesopanan yang dianut masyarakat.

Ibaratnya anda beli pisau dapur mentang-mentang pisau ini dibeli pakai uang anda, bukan berarti anda berhak make pisau ini untuk nusukin orang. Anda punya hak untuk memakai pisau ini untuk keperluan apapun, tapi tetap gak boleh merugikan orang lain.

Namun sayangnya masih banyak orang yang tidak peduli dengan etika publik. Rumah yang awalnya udah bener, dibangun ngasal cuma karena sembarang pengen. Orang lain yang awalnya damai-damai aja, lama kelamaan jadi ikutan susah.

Pernah tidak anda lihat rumah ala developer. Terus belakang rumah tuh ada tamannya, lahan itu tuh gak boleh sembarang dibangun-bangun. Ada aturan yang namanya koefisien dasar bangunan. Kalau taman ini anda tutup, lahan anda jadi gak punya area resapan buat air hujan masuk ke tanah. Efeknya lingkungan anda jadi gampang banjir dan orang lain jadi susah karena anda. Dosa tau nggak?

Seharusnya kalau ada taman dirumah biarin aja. Jangan dibangun kamar, dapur, atau apapun. Renovasi tuh gak boleh asal mengorbankan area hijau. Selain supaya rumah anda dapat cahaya dan udara yang sehat, efeknya buat lingkungan jadi bagus dan tidak nyusahin. Rumah anda tidak sumber dosa lagi, tapi malah jadi sumber pahala.

Tapi saya paham,bahwa orang yang tindakannya kaya tadi sebenarnya belum tentu berniat buruk. Ini murni karena ketidaktahuan saja. Gimana mau ngerti coba? Orang informasi kayak gini aja gak pernah ada yang ngomongin di publik kok. Maka dari itu, beberapa hari kedepan saya akan coba berbagi mengenai apa saja yang sebenarnya tidak boleh dilakukan ketika menata rumah.

 

Biaya Lain-lain Pasti Selalu Ada

 

Biaya Kuliah Mahal? Ini 7 Cara Mencari Dananya - Cermati.com

( cermati.com )

Kenapa biaya lain-lain itu selalu ada, gini misalnya pak adi punya tabungan 400 juta, 20 juta di pake buat desain, 380 sisanya di pakai untuk pembangunan, masuk akal bukan? tentu saja. tapi saat proyek berjalan tabungan pak adi habis duluan sebelum proyek selesai padahal di proyek tidak ada masalah. Kira-kira apa penyebabnya? mengapa hal itu terjadi?

Ketika kasusnya seperti ini, maka kemungkinan besar pak adi lupa dengan adanya biaya ketiga yaitu biaya lain-lain, biaya lain ada banyak misal yang paling sering muncul yaitu :

  • Biaya kontrak            : misal renovasi terus butuh kontrakan.
  • Biaya pindahan         : kita tau sendiri.
  • Biaya ngurus ijin       : ini tidak include di biaya kontstruksi loh.
  • PLN, Indihome, dsb : ini hitungannya juga diluar konstruksi.
  • Jatah pak RT             : biar tidak di persulit.
  • Bayar si bang jago    : menjaga keamanan dari dirinya sendiri                                           dan segala pungli lainnya.

Semua hal ini nyata dan benar terjadi dalam proyek, asal tau saja. Terus cara menghitungnya gimana? Percaya atau tidak  paling yang bisa dihitung hanya biaya kontrak, pindahan, sama pasang item konstruksi. Tapi jika ada urusan ijin dan pungli ini hanya tuhan yang tau. Pendekatan paling ideal, sebenarnya adalah dengan minta testimoni ke tetangga yang pernah bangun proyek dekat rumah kita, kita bisa tau apa dan siapa yang harus dibayar, minimal ada ancang-ancang dan persiapan

Tapi meskipun kita tau tatap saja sebaiknya proyek itu harus menyiapkan dana darurat, minimal 10-20 persen dari total budget. jadi kalau ada dana kurang, masih ada cadangan kalau sampai terjadi apa-apa. Ibarat asuransi dana darurat ini adalah pengamanan kita dari segala hal yang tidak diinginkan, tidak ada proyek yang beresiko. Baik perencanaan maupun pelaksana, keduanya hanya perlu ilmu untuk menghitung biaya yang terakait dengan teknis pembangunan saja, tapi kalau non-teknis semua pasti akan kembali ke pemilik.

Tinggi Plafonku Tinggi Akalku

Ga tau siapa yang mulai, tapi di dunia ini banyak banget yang mikir plafon itu harus tinggi supaya rumah jadi dingin. Sebenarnya gak salah sih, nah dasar logikanya kek gini

Udara panas selalu naik ke atas. Artinya kalau plafonnya rendah tumpukan udara panas jadi lebih gampang terasa. Namun menurut saya, solusi ini tuh lebih berat masalahnya daripada manfaatnya.

Gak peduli berapapun tingginya, kalau udaranya gak ngalir, tetap aja udara panas akan menumpuk, orang dibawah lama kelamaan pasti tetap kepanasan juga.

Justru kalau plafonnya rendah, udara lebih gampang diatur. karena jendelanya ga perlu gede. makin tinggi plafonnya maka kebutuhan openingnya pun juga makin bertambah. performanya sama tapi effortnya jauh beratan plafon tinggi.

AC pun bukan solusi, justru kalau palfonnya tinggi, kerja AC jadi lebih berat karena volume ruang yang harus di dinginkan jadi besar.

semakin kecil volumenya, semakin ringan pula kerja AC, selain hemat biaya listriknya, buat lingkungan juga bagus. Semakin tinggi plafon anda biaya konstruksinya pun akan jadi semakin mahal. Mulai dari struktur, gorden, finishing, bahkan profilan kesan itu volumenya bakal nambah semua.

Belum lagi perawatannya, kalau ada bagian plafon yang kenapa-napa, anda pasti jadi susah sendiri. Bahkan urusan ganti lampu aja mungkin jadi mesti harus manggil tukang karena plafonnya tinggi. Harusnya tuh, plafon itu mesti liat dulu luas ruangan. kalau ruangannya sempit bikin plafon yang rendah, tapi kalau ruangnya luas palfonnya tidak apa tinggi.

Meskipun harganya mahal, menurut saya rumah yang plafonnya tinggi itu belum tentu lebih bagus, ibaratnya beli baju yang XXL lebih mahal tapi kalau dipakai di badan yang kecil justru hasilnya kaya badut. selalu beli baju yang pas sesuasi badan.